Qalqiliya, Tepi Barat - Seorang blogger misterius yang menggemparkan dunia Arab karena mengaku sebagai Tuhan dan menghina Nabi Muhammad sekarang berada di balik terali besi, dengan menggunakan Facebook.

Kasus memuakkan tersebut terjadi di Qalqiliya, sebuah kota terpencil di Tepi Barat dan sontak menyoroti batas toleransi yang dapat disalurkan melalui media jejaring sosial sebagai trend baru di dunia Arab.

Walid Husayin, 26, dikenal sebagai orang pendiam yang bersama keluarganya selalu sholat Jumat dan menghabiskan waktu malam untuk bekerja di tempat pangkas rambut milik ayahnya, Husayin diam-diam memposting rangkaian artikel anti Islam di Internet selama waktu luangnya.

Sekarang, dia menghadapi hukuman penjara seumur hidup atas tuduhan ajaran sesat yang "menghina esensi ilahi." Banyak warga kotanya yang mengatakan bahwa dia harus dibunuh karena menghina Islam, bahkan anggota keluarganya mengatakan bahwa ia harus tetap di balik jeruji besi seumur hidupnya.

Selama beberapa tahun, Husayin diduga memposting sejumlah argumen yang mendukung paham atheisme di blog bahasa Inggris dan Arab, di mana ia menggambarkan Allah memiliki atribut "Arab Badui primitif." Ia menyebut Islam sebagai "kepercayaan buta yang tumbuh dan mengambil alih pikiran orang-orang di mana hanya ada irasionalitas dan kebodohan."

Belum cukup, ia juga diduga membuat tiga grup Facebook di mana ia menyatakan dirinya sebagai Tuhan dan memerintahkan para pengikutnya, antara lain, untuk merokok ganja berdasarkan ayat-ayat al-Quran yang dipalsukan. Pada puncaknya, blog berbahasa arab Husayin telah diposting oleh lebih dari 70.000 orang, terbanyak dari negara-negara Arab.

Ketiga grup Facebooknya mengundang ratusan komentar berisikan kecaman, amarah, ancaman kematian dan pembentukan lebih dari selusin group Facebook untuk melawannya, salah satunya grup dengan nama "Melawan penghujat yang mengatakan 'Akulah Allah'. "

Ledakan kemarahan tersebut mencerminkan perasaan dunia Islam bahwa iman mereka diserang secara meningkat oleh Barat. kepekaan ini secara berkala berubah menjadi kekerasan, seperti aksi protes jalanan yang meletus pada 2005 setelah kartun menghina Nabi Muhammad diterbitkan di Denmark atau setelah Paus Benediktus XVI yang menyatakan Nabi Muhammad adalah iblis pada tahun berikutnya. Paus kemudian menarik kembali pernyataannya.

Husayin adalah orang pertama yang ditangkap di Tepi Barat untuk masalah pandangan agama.

Pada akhir September, seorang reporter pro Hamas ditangkap dan ditahan selama lebih dari sebulan setelah ia di halaman Facebooknya menghina presiden Palestina.

Kelompok Hamas di Jalur Gaza juga mengawasi Facebook dari pembangkang yang dicurigai. Para pemilik warnet dipaksa untuk memantau pelanggan dan pejabat intelijen memberi peringatan jika mereka melihat sesuatu yang kritis terhadap Hamas atau yang melanggar penafsiran tentang Islam.

Baik otoritas Palestina di Tepi Barat maupun hamas di Jalur Gaza, membuat profil palsu agar dapat berteman dan memantau para pembangkang yang diketahui. Pada September lalu, seorang pria muda Gaza ditahan setelah menerbitkan artikel kritis terhadap Hamas pada halaman Facebook-nya.

Pengintaian di Facebook dan jejaring sosial lainnya telah menjadi semakin umum di dunia arab. Di Lebanon, empat orang ditangkap selama musim panas dan dituduh telah memfitnah Presiden Michel Suleiman di Facebook. Semuanya telah dibebaskan dengan jaminan.

Di Suriah, Facebook diblokir sama sekali. Dan di Mesir, seorang blogger didakwa dengan tuduhan ateisme di tahun 2007 setelah para pejabat intelijen memantau postingannya.

Meskipun demikian, sekelompok kecil warga arab mempertanyakan apakah pemerintah bertindak terlalu jauh.(*/dar)